aku mungkin sangat lelah "diatur". dari kecil bahkan sampai menikah dan sebesar ini, hidupku didikte dan diatur. Akibat dari aturan tersebut adalah aku merasa ga bahagia dengan hidupku, seringkali aku dicap tidak bersyukur, tapi bukan itu masalahnya, ini hidupku tapi aku merasa tidak memilikinya.
Maka dari itu, kadang aku tidak terlalu mengatur anak, dia kuberi kebebasan berpendapat, memilih dan terima konsekwensinya. Hanya hal-hal yang menurutku wajib dilakukan, yang akan kuarahkan ke anak, seperti waktu-waktu mandi, makan, belajar, maen, dsb.
Apa jadinya bahkan jika perasaan saja harus diatur, arah hidup, apa yang harus dilakukan dsb harus diatur?? sangat menyedihkan. Mungkin inilah kenapa aku merasa harus berontak dan menentang apapun pendapat yang "terdengar" seperti "MEMAKSAKAN" pendapat dia kepadaku. Ada semacam sirine/alarm kalau ada yang begitu kepadaku. Rasanya kesal dan marah sekali.
Inilah aku sekarang, ingin melakukan apa yang aku suka, dan aku enjoy dengan pilihanku. meskipun, pilihan aatau pendapat orang lain mungkin baik untukku, aku hanya ingin didikte atau dikomentari oleh orang yang TIDAK PUNYA DOSA didunia ini. Jikalau, aku ingin melakukan sesuatu untuk kebaikkanku, itu karena memang aku menginginkannya.
Aku egois? baru kali ini aku bisa seegois ini.. dan ak mulai menikmatinya.
Aku cuek? baru kali ini aku bisa secuek ini.. dan aku mulai menikmatinya.
Aku sombong? hmmm... sometimes kita harus sombong supaya ga diinjek mlulu.
aku adalah salah satu contoh orang yang slalu didikte dan diarahkan hidupnya, dengan alasan demi kabikanku sendiri. Justru paksaan-paksaan itulah yang membuatku tidak berkembang dan stuck mengasihani diri sendiri..
i do what i like and like what i do
Cerita tentang Perjalanan Pencarian jati Diri, Perjalanan Spiritual dan Perjalanan Bisnis
Senin, 19 Desember 2011
Minggu, 18 Desember 2011
komentator
Sangat manusiawi.....!!!! sudah hal yang biasa dan lumrah terjadi, bukan cuma ada di pertandingan sepakbola. Tapi komentator ada disetiap sendi kehidupan kita. Jadi, biasakanlah itu.. Setiap manusia memiliki isi kepala dengan pendapat yang berbeda. Biasanya mereka memiliki kepercayaan terhadap idealisme atau pengalaman mereka masing-masing. Jadi, biasakanlah... Biasanya isi komentar tidak enak didengar dan membuat si penerima komentar menjadi stres dan terganggu. Saya punya sebutan untuk komentator hidup orang lain, yaitu "si-nyinyir". Komentator ini seperti siklus hidup yang harus kita alami, berulang-ulang dengan isi yang hampir sama.
Komentator bisa dilihat dari bobot pembicaraan yang sedang dikometari. Komentator kom por, mari kita sebut dengan "Si-nyinyir", akan lebih mendominasi komentar perihal cara berpakaian, cara jalan, atau hal-hal non prinsipil lainnya. Si-nyinyir suka sekali ikut campur urrusan orang lain, sok mendikte dan sok perfect... padahal orang seperti ini is nothing!
Saya memang aga emosi dengan komentator nyinyir ini. hhhhh... g usah didengeriiiin, omongan sampah dari pikiran si-nyinyiir..
Saya memang aga emosi dengan komentator nyinyir ini. hhhhh... g usah didengeriiiin, omongan sampah dari pikiran si-nyinyiir..
Senin, 12 Desember 2011
Good Luck, My Way
Pertemuan dengan teman dan sahabat semasa SD pasti tidak akan sama dengan masa SMP, SMA, S1, Apoteker, S2 bahkan orang-orang baru yang kenal setelah berumah tangga. Mereka memiliki point of view yang saling berbeda, tiap orang berbeda, biasanya tergantung dari memory terakhir mereka tentang seseorang. Semakin mereka update tentang perubahan seseorang, point of view mereka pun ikut berubah. Kecuali, orang yang tetep keukeuh memandang kita seperti dulu.. hey... everybody is changing, dude!!
Biasanya, kita akan merasa terkaget-kaget dengan penilaian mereka tentang kita. Dalam kasus ini, saya sudah beberapa kali bertemu dengan teman sekaligus sahabat saya semasa saya masih SD, SMP, SMA, S1, dan S2. Berdasarkan hal itulah, saya mengamati dan menyimpulkan kalau ternyata mereka punya penilaian sesuai memory mereka tentang kita. Awalnya, sangat shocking me!!! hahaha... lama-lama jadi terbiasa. Bisa dibilang, saya adalah orang yang cepat berubah. Apalagi, kondisi dan pengalaman menuntut saya untuk selalu beradaptasi dengan cepat.
Siapapun akan merasakan hal ini. Padahal tanpa disadari, kalau setiap orang pasti akan berubah. Saya selalu berusaha semaksimal mungkin supaya tidak terkotakkan dengan penilaian saya terhadap seseorang yang saya kenal dimasa lalu. Lawong, saya saja banyak berubah, apalagi orang lain. Mungkin saja terasa lucu, mengingat-ingat dan hidup dimasa lalu....
Saat saya memutuskan untuk memilih jalur hidup seperti ini (quadran kanan.red), saya sadar banyak pihak yang kecewa. Mungkin mereka memiliki frame dan pandangan "yang terbaik" versi mereka untuk saya. Saya sadar kalau sebenarnya orang-orang tersebut sayang dan peduli dengan saya. Diawalnya, saya sangat sedih dan down kalau ada sahabat atau keluarga yang intervir hidup saya. Lama-lama saya punya formulannya, sehingga sekarang jadi lebih cepat bangkit dari perasaan negatif akibat persepsi orang lain terhadap saya.
Bayangkan, kalau ada orang yang berkata kepada Anda:
"lulusan S2 ko cuma jadi ibu rumah tangga ngurus anak dan suami"
"Aku kecewa sama kamu,.. Aku saja yang bodoh bisa dapat kerja, jabatan dan penghasilan... Aku yakin kalau kamu kerja, pasti jauh jauh jauuuuh lebih baik daripada Aku. Kamu adalah idolaku, seharusnya kamu bisa kerja di perusahaan multinasional."
Orang memang macam-macam, dan tidak pernah bisa bersyukur dan puas dengan kondisi yang dimiliki. Mau bukti?
coba ingat, semasa kita sekolah/kuliah.. saat kita selalu sibuk dengan rutinitas pelajaran, kita mengeluh dan berharap ingin libur. Tapi setelah diberikan waktu libur selama seminggu, kita juga mengeluh bosan dan kangen teman-teman, ingin segera cepat- cepat bersekolah/kuliah.
atau
Orang yang belum menikah, berdoa dan berharap ingin menikah. Berangan-angan dan berkhayal tentang bagaimana kehidupan setelah menikah. Padahal kehidupannya sekarang begitu bebas dan tidak terikat siapapun. Tanggung jawabnya hanya sekedar kepada diri sendiri, orangtua dan Tuhannya. Begitu inginnya, menikah sampai tidak bahagia menjadi diri sendiri. Tapi, ketika sudah menikah dan menjalani kehidupan pernikahan. Kebebasannya terenggut. Hidupnya terkunci hanya untuk keluarga, pasangan dan anak. Pikirannya hanya terfokus didunia kecilnya. Sampai merasakan kebosanan akut dan selalu ingin lari dari rutinitas. Setiap hari, mengeluh bosan dan capek dengan dunia kecilnya.
atau
Seorang ibu/bapak yang bekerja dengan tingkat kesibukan luar biasa, merasa sedih karena tidak bisa memiliki waktu yang lebih untuk keluarganya. Orang ini sangat ingin lepas dari rutinitas pekerjaan yang membelitnya, yang membuatnya tidak berkutik dan terikat dengan waktu. Orang ini begitu ingin sampai berdoa supaya dia bisa memiliki banyak waktu dengan keluarganya, melihat perkembangan anak dan sebagainya. Tapi, setelah dia keluar dari pekerjaan yang menyita waktunya, dan impiannya tercapai untuk lebih mengabdi kepada keluarganya dan memiliki banyak waktu untuk memperhatikan perkembangan anaknya. Orang ini lalu mengeluh kalau bosan, tidak ada kerjaan lain, tidak punya penghasilan dan sebagainya.
Hidup ini adalah pilihan. Saat ini, saya memilih untuk lebih terfokus dengan mendampingi suami dan menyaksikan perkembangan anak. Saya menikmatinya. Tak apa saya tak berpenghasilan atau tidak sesibuk teman-teman seprofesi saya. Teman, keluarga dan orang-orang sok tau yang baru mengenalku, ada yang mencibir, merasa kecewa, atau sok-sok-an berkomentar tentang hidup saya. Well,, itulah yang menjadi alasan saya tidak suka intervensi dan intensitas dalam pertemanan. Saya punya banyak teman yang sayang kepada saya, tapi saya selalu menjaga intensitas dan berusaha tidak saling intervir kehidupan masing-masing. Tetapi, saling menghormati dan menghargai.
Saya rasa, setiap orang pasti tidak suka diikutcampuri, diintervir, dan didikte untuk segala masalahnya, akhirnya, saya pun belajar kalau jika saya merasa hidup orang lain tidak pas dengan persepsi saya atau frame saya, daripada saya mendikte, mencibir atau memaksa orang lain untuk melakukan saran-saran terbaik saya untuknya, saya lebih memilih untuk mendoakan orang tersebut.
Siapapun, sudah memilih jalannya masing-masing. Sudah dipikirkan resiko dan konsekwensinya. Orang lain hanya bisa menghormati dan mendoakan yang terbaik untuk hidupnya. Jangan banyak tanya, "kenapa?", atau mendebat apapun... karena itu tidak akan merubah apapun, malah akan membuat kesal dan merasa tidak dihargai. Ini tentang belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Menikmatinya. Menghargainya. Menghormatinya.
Seperti kata Om Mario Teguh, dalam status nya:
Orang Muda harus jatuh cinta, sejatuh-jatuh-nya. Patah hati sepatah-patahnya. Tertawa, marah, sedih, rajin dan malas semalas-malasnya (saya suka bagian malasnya, hehehe..). Tetapi, engkau harus segera bangkit, mendewasa, berdiri gagah, dengan bekas-bekas luka yang indah di wajah dan dadamu, dan dengan anggun dan berwibawa katakan,..
"Dengan kewenanangan yang diberikan Tuhan kepadaku, dengarlah ini... AKULAH PENENTU KEBESARAN HIDUPKU SENDIRI."
Biasanya, kita akan merasa terkaget-kaget dengan penilaian mereka tentang kita. Dalam kasus ini, saya sudah beberapa kali bertemu dengan teman sekaligus sahabat saya semasa saya masih SD, SMP, SMA, S1, dan S2. Berdasarkan hal itulah, saya mengamati dan menyimpulkan kalau ternyata mereka punya penilaian sesuai memory mereka tentang kita. Awalnya, sangat shocking me!!! hahaha... lama-lama jadi terbiasa. Bisa dibilang, saya adalah orang yang cepat berubah. Apalagi, kondisi dan pengalaman menuntut saya untuk selalu beradaptasi dengan cepat.
Siapapun akan merasakan hal ini. Padahal tanpa disadari, kalau setiap orang pasti akan berubah. Saya selalu berusaha semaksimal mungkin supaya tidak terkotakkan dengan penilaian saya terhadap seseorang yang saya kenal dimasa lalu. Lawong, saya saja banyak berubah, apalagi orang lain. Mungkin saja terasa lucu, mengingat-ingat dan hidup dimasa lalu....
Saat saya memutuskan untuk memilih jalur hidup seperti ini (quadran kanan.red), saya sadar banyak pihak yang kecewa. Mungkin mereka memiliki frame dan pandangan "yang terbaik" versi mereka untuk saya. Saya sadar kalau sebenarnya orang-orang tersebut sayang dan peduli dengan saya. Diawalnya, saya sangat sedih dan down kalau ada sahabat atau keluarga yang intervir hidup saya. Lama-lama saya punya formulannya, sehingga sekarang jadi lebih cepat bangkit dari perasaan negatif akibat persepsi orang lain terhadap saya.
Bayangkan, kalau ada orang yang berkata kepada Anda:
"lulusan S2 ko cuma jadi ibu rumah tangga ngurus anak dan suami"
atau
dan lain sebagainya...
Orang memang macam-macam, dan tidak pernah bisa bersyukur dan puas dengan kondisi yang dimiliki. Mau bukti?
coba ingat, semasa kita sekolah/kuliah.. saat kita selalu sibuk dengan rutinitas pelajaran, kita mengeluh dan berharap ingin libur. Tapi setelah diberikan waktu libur selama seminggu, kita juga mengeluh bosan dan kangen teman-teman, ingin segera cepat- cepat bersekolah/kuliah.
atau
Orang yang belum menikah, berdoa dan berharap ingin menikah. Berangan-angan dan berkhayal tentang bagaimana kehidupan setelah menikah. Padahal kehidupannya sekarang begitu bebas dan tidak terikat siapapun. Tanggung jawabnya hanya sekedar kepada diri sendiri, orangtua dan Tuhannya. Begitu inginnya, menikah sampai tidak bahagia menjadi diri sendiri. Tapi, ketika sudah menikah dan menjalani kehidupan pernikahan. Kebebasannya terenggut. Hidupnya terkunci hanya untuk keluarga, pasangan dan anak. Pikirannya hanya terfokus didunia kecilnya. Sampai merasakan kebosanan akut dan selalu ingin lari dari rutinitas. Setiap hari, mengeluh bosan dan capek dengan dunia kecilnya.
atau
Seorang ibu/bapak yang bekerja dengan tingkat kesibukan luar biasa, merasa sedih karena tidak bisa memiliki waktu yang lebih untuk keluarganya. Orang ini sangat ingin lepas dari rutinitas pekerjaan yang membelitnya, yang membuatnya tidak berkutik dan terikat dengan waktu. Orang ini begitu ingin sampai berdoa supaya dia bisa memiliki banyak waktu dengan keluarganya, melihat perkembangan anak dan sebagainya. Tapi, setelah dia keluar dari pekerjaan yang menyita waktunya, dan impiannya tercapai untuk lebih mengabdi kepada keluarganya dan memiliki banyak waktu untuk memperhatikan perkembangan anaknya. Orang ini lalu mengeluh kalau bosan, tidak ada kerjaan lain, tidak punya penghasilan dan sebagainya.
Hidup ini adalah pilihan. Saat ini, saya memilih untuk lebih terfokus dengan mendampingi suami dan menyaksikan perkembangan anak. Saya menikmatinya. Tak apa saya tak berpenghasilan atau tidak sesibuk teman-teman seprofesi saya. Teman, keluarga dan orang-orang sok tau yang baru mengenalku, ada yang mencibir, merasa kecewa, atau sok-sok-an berkomentar tentang hidup saya. Well,, itulah yang menjadi alasan saya tidak suka intervensi dan intensitas dalam pertemanan. Saya punya banyak teman yang sayang kepada saya, tapi saya selalu menjaga intensitas dan berusaha tidak saling intervir kehidupan masing-masing. Tetapi, saling menghormati dan menghargai.
Saya rasa, setiap orang pasti tidak suka diikutcampuri, diintervir, dan didikte untuk segala masalahnya, akhirnya, saya pun belajar kalau jika saya merasa hidup orang lain tidak pas dengan persepsi saya atau frame saya, daripada saya mendikte, mencibir atau memaksa orang lain untuk melakukan saran-saran terbaik saya untuknya, saya lebih memilih untuk mendoakan orang tersebut.
Siapapun, sudah memilih jalannya masing-masing. Sudah dipikirkan resiko dan konsekwensinya. Orang lain hanya bisa menghormati dan mendoakan yang terbaik untuk hidupnya. Jangan banyak tanya, "kenapa?", atau mendebat apapun... karena itu tidak akan merubah apapun, malah akan membuat kesal dan merasa tidak dihargai. Ini tentang belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Menikmatinya. Menghargainya. Menghormatinya.
Seperti kata Om Mario Teguh, dalam status nya:
Orang Muda harus jatuh cinta, sejatuh-jatuh-nya. Patah hati sepatah-patahnya. Tertawa, marah, sedih, rajin dan malas semalas-malasnya (saya suka bagian malasnya, hehehe..). Tetapi, engkau harus segera bangkit, mendewasa, berdiri gagah, dengan bekas-bekas luka yang indah di wajah dan dadamu, dan dengan anggun dan berwibawa katakan,..
"Dengan kewenanangan yang diberikan Tuhan kepadaku, dengarlah ini... AKULAH PENENTU KEBESARAN HIDUPKU SENDIRI."
Sabtu, 10 Desember 2011
SuNTiK MATi
Istilah suntik mati atau nama kerennya "The Death Penalty" pernah saya bahas sebelumnya. Dalam kasus ini, adalah untuk bisnis atau usaha yang dijalani.
Untuk mengingatkan kembali, menjadi pengusaha, adalah sebuah pilihan hidup. Yang diyakini, dicintai, ditekuni dan dijadikan prinsip. Walaupun jenis usahanya kuliner, property, fashion, otomotif, atau apapun itu hanyalah kendaraan atau jalan yang harus dilalui. Jika dirasa tidak bisa mengantarkan kita pada mimpi-mimpi jangka panjang kita, sebagaimana otak kanan bekerja lebih dominan pada tiap entrepreneur, bisnis mudah diciptakan asal action, juga mudah untuk ditiadakan dengan cara suntik mati. Itu istilahnya. Itu penjelasan singkatnya.
Setiap pengusaha bisa merasakan dan punya penilaian sendiri tentang bisnisnya, tidak perlu komentar orang lain yang (bahkan) belum pernah berbisnis sebelumnya. Pengusaha akan berspekulatif masa bertahan bisnisnya, dan jika dirasa mulai goyah, lebih segera di-suntik maati akan lebih baik. End of Story...!!!!
Bisnis bisa mengalami kegagalan bahkan sebelum bisnis itu berdiri. Karena, didalam bisnis ada PR yang harus dikerjakan dan dipikirkan untuk membuat bisnis tersebut matang dan siap dipasarkan. Istilah Marketing plan-pun muncul. Juga kebutuhan akan terbentuknya teamwork plus jobdesk masing-masing. Bisnis bisa saja langsung buka tanpa perencanaan. Tapi tentu saja tidak akan relevan jika terjadi dijaman sekarang. Tinggal tunggu saja, waktu jatuhnya. Setiap orang yang pernah mengalami atau menjalani bisnis dan pernah bangkrut pasti akan mengerti maksud saya. Orang-orang ini bisa mengendus adanya kekurangan item, yang dapat membuat bisnis timpang dan tidak kokoh. Tidak ada kata gagal dalam dunia pengusaha. Setiap hari adalah sukses. Bahkan menjadi bangkrut-pun akan dikatakan sukses. Karena jiwa entrepreneur sangat positif dan teachable. Orang-orang tipe ini, akan jatuh dan bangkit lagi, semangat lagi, lagi, lagi dan lagi. Ga malu??? untuk apa malu?? toh, kami tidak mencuri, kami tidak korupsi, kami tidak merugikan orang lain, kecuali investor yang sudah menanamkan modalnya kepada kami, hehehehehe.... :p
Proses pembelajaran di jalur entrepreneur seperti proses pembelajaran anak TK. Apa itu? fun, pantang menyerah, berwarna, coba-coba, keukeuh, menarik, dinamis, penuh semangat, no fear, dan happy. Coba lihat bayi atau anak-anak balita.. mereka selalu ingin melakukan lebih dan walau sudah terjatuh, mereka akan terus berusaha dan semangat sampai bisa bahkan mahir. Contoh bayi dari hanya tiduran, belajar tengkurap, belajar merangkak, berdiri, jalan, lari, bicara, lalu ceriwis bertanya tanpa henti.
Saya punya anak balita yang sedang belajar menulis, membaca dan berhitung. tulisannya jeleeeeekkkk sekali, kadang saya juga tidak mengerti apa yang dia gambar, atau dia berusaha mengeja kata-kata sebisanya dan sengawurnya. Anak saya masih saja dengan pede nya selalu ceria tanpa takut salah, tanpa takut merasa tulisannya jelek ataupun gambarnya sulit dimengerti. pikiran dan imajinasi anak-anak sangat penting untuk dipelajari, diikuti dan dipahami. Mimpi anak-anak jauh sangat luar biasa dibanding orang dewasa yang sudah penuh dengan rasa takut salah. Anak-anak adalah sosok orang dewasa dalam tubuh yang kecil. Mereka lebih jenius daripada orang dewasa. Pikiran dan imajinasi mereka tanpa batas. Tidak terkotakkan, bahkan cenderung sangat brilian. Rasa takut yang orangtua tulari-lah yang akhirnya menyempitkan cara berfikir mereka (anak-anak).
Sekali lagi, jiwa entrepreneur mengingatkan kembali pada jiwa anak-anak kita yang penuh imajinasi dan tanpa batas. Tidak masalah kalau kita bangkrut atau banting stir bisnis. Itu semua adalah kesuksesan. Arti sukses memang variatif tergantung persepsi masing-masing. Sukses dalam arti sederhananya, adalah ketika hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini.
Men-suntik mati bisnis kita, memang lebih baik dilakukan daripada bisnis tersebut menjadi mudhorot, membuat hati tidak nyaman dan terus menggerogoti. Tinggal bagaimana integritas kita dimata orang-orang, keluarga terutama investor dalam mempertanggungjawabkan langkah kita. Selagi masih ada harapan dan semangat, teruslah bangkit. Angkat dagu dan kepalamu. Berjalanlah tegak dan bahagia lalu katakan,..."saya sukses!!".
Quote: I am what i am today because of the choices i made yesterday
Kamis, 01 Desember 2011
Hidup ku tak selalunya indah....
"coba deh kamu jadi aku selama 24 jam aja, g Usah lama-lama.. Aku pengen tau gimana komentar dan perasaanmu?"
:)
:)
:)
:)
:)
Langganan:
Postingan (Atom)