Kamis, 17 November 2011

G.O.S.S.I.P

Saya memiliki seorang kakak yang selama beberapa tahun sejak saya mengenalnya bahkan sampai sekarang, beliau selalu rajin dijadikan bahan gosip. Kebetulan karakter beliau memang pendiam. Jadi, orang-orang makin bersemangat menyebarkan cerita. Tapi, lambat laun (setelah bertahun-tahun derita), orang-orang mulai "berfikir" (syukurlah kalau punya otak) siapa yang salah siapa yang benar. Apalagi, beliau tidak pernah membalas dengan menyebar cerita buruk juga, melainkan dengan sikap cuek, tetap hormat-respect kepada orang lain (apalagi si penyebar gossip), menunjukkan progres diri dengan prestasi serta selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Sebelum saya menulis tentang GOSSIP. Saya tekankan, kalau saya pernah menjadi tiga-tiganya dari tiga hal yang membuat gossip menjadi semakin eksis. Testimoni pribadi, kondisi paling tidak menyenangkan diawal sampai akhir adalah menjadi korban gossip. Dan ternyata, mau kondisi di kampung atau di kalangan elit, mau tingkat pendidikan biasa bahkan berpendidikan tinggi, dimanapun, selama kita hidup bersosial, kita akan bertemu dengan gossip..



Sadarilah, ternyata ada tiga hal yang membuat gossip menjadi semakin eksis, yaitu:


1. Adanya orang yang mencetuskan 'gossip'


2. Orang yang mendengar gossip,


3. Sikap orang yang menjadi korban dari munculnya gossip tersebut.



Dalam kehidupan bermasyarakat dan sosial, gossip biasanya di titikberatkan pada kebiasaan wanita yang kebetulan lebih suka 'sharing' daripada memecahkan masalah. Wanita biasanya berharap banyak dari proses 
'sharing' dapat meringankan masalah yang diderita, biasanya lebih suka untuk didengarkan berbagai macam  uneg-uneg nya. Kadang saking semangatnya bercerita sampai lupa akan solusi dan langkah-langkah yang  seharusnya diambil supaya masalah cepat selesai. 


Pria sebenarnya juga suka ber-gossip, untuk tujuan tertentu. Ada politik yang terkandung didalam gossip  antar pria, biasanya berhubungan dengan karakter dan nama baik. Maka dari itu, biasanya para pria  (terutama suami) kurang begitu setuju jika memiliki pasangan yang senang untuk 'ber-gossip atau sharing  atau berbagi kisah'. Mereka khawatir, jika efek dari "sharing' itu berbuntut 'ga enak'. Mereka (pria) lebih  tertarik dan terfokus pada penyelesaian masalah dan diusahakan  yang "win-win solution".


Adanya orang yang mencetuskan gossip. Biasanya bermula dari pemikiran, asumsi, ekspektasi berlebih  yang tidak sesuai dengan kenyataan. Lalu diceritakan. Dilebih-lebihkan untuk mendapatkan 'atensi'.  Biasanya, orang yang gemar mencetuskan gossip adalah orang-orang yang butuh perhatian lebih, tidak 
dewasa karena sibuk menyalahkan sekitar, keadaan dan orang lain. Orang tersebut menganggap kalau dirinya lebih baik dari pada (misalnya) orang lain. Maka akan muncul kata-kata, "SEHARUSNYA KAN  DIA... BLA,, BLAA,, BLAA...". Orang seperti ini biasanya adalah orang yang tidak punya kerjaan, karena tidak ada hal lain yang bisa dia kerjakan dan pikirkan selain berpikir negatif terhadap sekitar. 


"Hmm... SEHARUSNYA, dia kan bla, bla, bla..."

Orang yang mendengar gossip. Sebenarnya disinilah kunci utama jika mendengarkan berita atau gosip.  Pendengar gossip mempunyai 4 pilihan, yaitu: 
 1. Mencari-cari bahan pembicaraan lalu menyebarkan gossip yang baru didengar.



2. Terpengaruh dengan gossip, lalu setuju cerita dari satu pihak, meyakininya seolah-olah pernah mengalami.


3.  Menyampaikan cerita/gossip/asumsi kepada orang yang sedang digosipkan



4. Tidak terpengaruh dengan gossip, apalagi info dari satu pihak saja, memberikan argumen yang positif kepada pencetus asumsi, dan cerita berhenti sampai disitu. 

Sikap orang yang menjadi korban dari munculnya gossip tersebut. Paling tidak enak berada diposisi ini, biasanya orang yang digosipkan akan shock merasakan perubahan lingkungan terhadapnya. Biasanya juga, orang yang digosipkan "tidak mengerti'  letak kesalahannya sehingga bisa dijadikan topik gossip. Awalnya pasti akan merasa sedih, kepikiran, depresi. Tapi lambat laun, akan berusaha mengatasi masalah. Belajar dari kakak yang biasa jadi bahan gossip itu, akan lebih baik jika menyikapi gossip yang ditujukan kepada kita dengan cara :

1. Tenang dan tetap berprestasi


Pasti mengenal Agnes Monica. Beliau kan juga sering diterpa 
gossip, perhatikan bagaimana caranya me
nanggapi gossip tersebut, pastilah dia tetap tenang dan terus mengukir prestasi. Sekarang, setelah cita-cita  go international (yang sempat dianggap remeh) terwujud, semua orang bangga dan ingin mengenal dekat  dengan Agnes Monica.


2. Tetap menjaga hati dan memberikan yang terbaik untuk semua orang termasuk yang sudah  jahat ke kita. 




Melakukan hal ini memang tidak mudah, tapi jika kita yakin bisa pasti akan bisa.. Hal inilah yang menjadikan kita berbeda, hebat dan luar biasa dibanding orang-orang kebanyakan.


3. Dekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. 



Kepada siapa lagi tempat berkeluh kesah kalau bukan kepada Allah. Dia-lah sang pemilik hidup, Yang  Maha Benar, Yang Maha Melihat. Dia tentu tidak tidur, jadi akan membantu hambanya menemukan kondisi  terbaik menurut-Nya.


Keep SMILE..!!!!


Quote for the day : Remember there are two sides to every story, and if you are not willing to listen to both sides, don't be so quick to make your judgement on what you have heard

Tidak ada komentar:

Posting Komentar