Saya sebagai istri, mengerucutkan penyebab dari munculnya ketidaknyamanan pikiran yang biasanya bercokol di dalam otak perempuan. Mungkin teman-teman punya pendapat lain, tapi untuk kali ini ijinkanlah saya menulis apa yang sudah saya rangkum inti masalah untuk beberapa tahun ini.
Pikiran dan hati seorang wanita memang sangat rumit, abstrak, serba penuh asumsi, penuh sebab akibat. Ketika seorang pria berniat menikahi wanita, artinya pria harus siap dengan segala kerumitan pola pikir wanita dan kedalaman perasaan seorang wanita.
Kehidupan pernikahan sangatlah indah. Tentu setiap pasangan ingin terus langgeng sampai ajal menjemput. Tentu menjalani pernikahan tidaklah mudah. Ada hal-hal yang harus dilalui dan pasti akan dialami oleh setiap pasangan, jika lulus ujian maka bisa bertahanlah pernikahan tersebut.
Seperti kata Charles Darwin,
"Bukan yang terKuat atau yang terCerdas, tapi yang mampu Ber-ADAPTASI-lah yang akan bertahan hidup".Rutinitas menjadi seorang istri ditambah menjadi seorang ibu, selain sangat nikmat, kenyataannya sering juga menimbulkan banyak hal yang mengganggu. Hidup memang pilihan.
Saya rangkum menjadi hanya 2 hal yang menjadi inti masalah (tapi tidak membahas turunan masalah-nya), yaitu :
1. KEBOSANAN AKUT
Pernikahan tidak pernah sama dengan pedekate atau saat-saat pacaran, karena kesibukan, rutinitas dan masalah mengakibatkan makin jarangnya kejutan-kejutan mesra apalagi kebersamaan dengan pasangan. Dari hal-hal tersebut yang akan menyebabkan depresi. Depresi menjadi mood turun drastis, marah, merasa kesal, serba salah, keki, berharap suami bisa menolong, eh, ternyata malah memperparah kondisi, akhirnya berusaha sabar, makin diusahakan bersabar makin ga sabar, apalagi melihat kondisi teman atau orang lain yang "kelihatan" lebih enak (sawang sinawang), kalau diterus-terusin bisa jadi penyakit hati. Akhirnya cari solusi, bagi yang biasa aktiv pasti ingin bekerja atau bikin usaha sendiri. kalau yang biasa punya kehidupan sosial, akan memperbanyak teman dengan perkumpulan arisan dan charity. Bagi yg suka jalan dan fashion, akan jadi fashion addict. Bagi yg suka hal-hal bersifat rohani akan sering ikut pengajian. Inti dari semuanya adalah mencari kegiatan pengalih kebosanan.
2. KETAKUTAN
Dari bosan akut menjadi takut. Didalam hati yang terdalam, setiap perempuan menikah pasti memiliki ketakutan luar biasa, yang bisa di analogikan dengan pertanyaan berikut: "Apakah suamiku akan terus mencintaiku sampai rambutku memutih, kulitku berkerut, badanku rapuh..? Apakah suamiku akan mengingat dan mau menghargaiku sebagaimana pengorbananku sebagai istri sudah merelakan waktu, tenaga, perasaan dan segala yang dipunyai untuk selalu setia, mengandung anaknya, merawat, menjaga, meladeni, melayani suami dan keluarga sampai tua nanti? Perasaan takut ini, selalu ada. Walaupun sudah berusaha selalu berpikir positif tentang suami. Tetap menjaga hati untuk pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Ada kalanya selalu muncul. Diakui ataupun tidak, yang bisa jawab adalah hati nurani masing-masing orang. Ketakutan harus dikontrol, soalnya jika tidak pikiran negatif ini akan jadi kenyataan karena semesta akan mendukung. Ketakutan tetap harus dijaga dan diarahkan menjadi hal yang positif yaitu dengan jalan bersikap baik dan respect dengan suami, menjaga penampilan dan menjadi wanita yang mencintai tanpa syarat. Siapa bilang, jadi wanita itu mudah????
Saya bisa menulis ini, karena saya sangat paham kalau menjadi wanita seutuhnya sangat sulit, apalagi mencintai tanpa syarat. Saya melakukan riset. Toh, saran-saran itu masih dalam proses juga untuk saya lakukan. Saya yakin setiap perempuan mencintai suami, anak-anak dan keluarganya. Kadang terjebak dengan 2 inti masalah tersebut. Dampaknya sangat dahsyat looh.. karena turunan masalah dari 2 masalah inti ini bisa sangat beragam, pasangan akan saling balas menyakiti dan bisa berujung dengan makin dinginnya hubungan suami istri. lalu perceraian terjadi. Begitu garis besarnya...
Tanya : Masih ingin bertahan???
Jawab : iya..
Tanya : Ada saran???
Jawab : jelas ada..
Tanya : Apa??
Jawab : Perubahan
Tanya : Siapa yang harus berubah??
Jawab : Diri sendiri
Jangan sekali-kali berharap pasangan menjadi seperti yang kita inginkan sesuai frame yang kita punya, jika tidak dimulai dari diri kita sendiri.
Contoh:
- ingin punya suami yang perhatian dan suka membelai, maka berilah perhatian duluan ke suami.
- ingin punya istri yang lembut sikap dan perilakunya, maka bersikaplah lembut dengan sang istri
begitu seterusnya.. sangat Logis!!!
still in progress........
Kami pun melakukan perubahan dalam diri.
Perubahan Besar-besaran!!!
Kami saling memperlakukan seperti kami ingin diperlakukan,
Memberikan cinta tanpa syarat, tanpa pamrih.
Karena kami ingin pernikahan kami berlangsung selamanya..
Demi Cita-cita bersama,, dan
Demi anak-anak :)
Have a good life..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar